Minyak goreng adalah salah satu bahan pokok yang hampir selalu tersedia di dapur rumah tangga Indonesia. Baik itu minyak kelapa, minyak sawit, minyak zaitun, ataupun minyak kedelai, semuanya digunakan untuk menggoreng, menumis, atau bahkan dicampurkan dalam adonan makanan. Namun, banyak orang masih bertanya-tanya: Apakah minyak goreng bisa kedaluwarsa? Jika bisa, bagaimana ciri-cirinya, bahayanya, dan cara penyimpanannya agar tahan lama?
Pertanyaan ini kerap menimbulkan berbagai mitos dan persepsi yang salah di masyarakat. Oleh karena itu, dalam artikel ini kita akan mengupas fakta ilmiah seputar umur simpan minyak goreng, membongkar mitos populer, dan memberikan tips praktis agar Anda bisa menggunakan minyak secara sehat dan efisien.
Istilah kedaluwarsa (expired) umumnya merujuk pada kondisi di mana sebuah produk tidak lagi layak dikonsumsi karena mengalami perubahan kimiawi, biologis, atau fisik yang membahayakan kesehatan atau menurunkan kualitasnya secara signifikan.
Pada produk seperti susu, kedaluwarsa bisa berarti pertumbuhan bakteri. Tapi pada minyak goreng, kedaluwarsa umumnya berarti minyak telah:
YA, minyak goreng bisa dan memang akan kedaluwarsa.
Walaupun minyak goreng tidak mengandung air (yang mempercepat pertumbuhan mikroba), minyak tetap rentan terhadap reaksi kimia, khususnya oksidasi dan hidrolisis, yang membuatnya tengik dan berbahaya jika dikonsumsi.
Fakta: Minyak goreng memiliki masa simpan rata-rata 12–24 bulan dalam kemasan tertutup, tergantung jenisnya dan bagaimana disimpan.
Baca juga: 5 Kesalahan Umum saat Menggunakan Minyak Goreng dan Cara Menghindarinya
Fakta: Walaupun tidak mengandung air, minyak tetap bisa rusak akibat reaksi oksidasi dan panas.
Fakta: Minyak tetap bisa rusak meski belum dibuka jika disimpan dalam suhu tinggi atau terkena cahaya langsung.
Fakta: Semua jenis minyak bisa tengik, termasuk minyak kelapa, meskipun lebih stabil karena kandungan lemak jenuhnya tinggi.
Fakta: Warna bukan satu-satunya indikator. Bau dan rasa adalah penanda utama.
Mengonsumsi minyak goreng yang sudah rusak bisa berdampak buruk bagi kesehatan, seperti:
Minyak tengik mengandung senyawa radikal bebas dan lemak trans yang berkontribusi pada penyumbatan arteri.
Minyak rusak bisa memicu mual, diare, dan gangguan lambung.
Beberapa senyawa hasil oksidasi, seperti akrolein dan aldehida beracun, bersifat karsinogenik dalam jangka panjang.
Jenis Minyak |
Umur Simpan (Tertutup) |
Umur Simpan (Setelah Dibuka) |
Minyak kelapa (refined) |
18–24 bulan |
3–6 bulan |
Minyak zaitun |
12–18 bulan |
3–6 bulan |
Minyak sawit |
12–24 bulan |
6 bulan |
Minyak jagung/kedelai |
12 bulan |
3–4 bulan |
Catatan: Semua ini bisa lebih pendek jika disimpan di tempat panas, terang, atau lembap.
Minyak goreng bekas lebih cepat rusak dibanding minyak baru, terutama jika:
Jangan buang minyak bekas ke saluran air. Gunakan untuk kompos, bahan lilin daur ulang, atau simpan dalam botol tertutup dan buang di tempat sampah.
Baca juga: 7 Fakta Unik tentang Minyak Goreng yang Mungkin Belum Anda Ketahui
Kesimpulannya, minyak goreng bisa dan memang akan kedaluwarsa. Menyimpannya dengan benar, memperhatikan tanda-tanda kerusakan, dan tidak menggunakan minyak bekas secara berlebihan adalah langkah penting untuk menjaga kesehatan dan kualitas makanan Anda.
Jangan terjebak dengan mitos! Mulai dari sekarang, perlakukan minyak goreng seperti bahan makanan lainnya: penuh kehati-hatian dan kesadaran akan kualitasnya.
Muhammad Ermanja
Muhammad Ermanja is an esteemed expert in the field of food ingredients and a highly skilled content writer at Global Solusi Ingrredia. With his extensive knowledge and experience, he brings a wealth of expertise to the table, making him an invaluable asset to the company.