Mentega (butter) adalah salah satu bahan dasar dalam dunia kuliner yang memiliki peran penting dalam menciptakan rasa, tekstur, dan aroma khas pada berbagai jenis makanan. Dari roti, kue, saus, hingga masakan sehari-hari, mentega sering kali menjadi elemen kunci yang menentukan kualitas sebuah hidangan. Di antara berbagai jenis mentega yang tersedia di pasaran, terdapat dua kategori utama yang paling sering digunakan: salted butter (mentega asin) dan unsalted butter (mentega tawar).
Meski keduanya tampak serupa secara fisik—berwarna kuning pucat, padat namun lembut saat suhu ruang—perbedaan kecil dalam kandungan garam memberikan pengaruh yang signifikan terhadap cita rasa, fungsi, hingga penggunaannya dalam resep. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang apa itu salted butter, bagaimana proses pembuatannya, peran garam dalam mentega, serta perbedaan mendasar dengan unsalted butter sehingga Anda bisa lebih bijak dalam memilih sesuai kebutuhan kuliner.
Salted butter adalah jenis mentega yang ditambahkan garam saat proses produksi. Kandungan garam pada salted butter bervariasi tergantung produsen, namun biasanya berkisar antara 1–3% dari total berat mentega. Penambahan garam tidak hanya memberikan rasa gurih asin yang khas, tetapi juga berfungsi sebagai pengawet alami yang dapat memperpanjang umur simpan mentega.
Secara umum, salted butter memiliki rasa lebih kaya dan kompleks dibandingkan unsalted butter, sehingga sering digunakan untuk olesan roti, biskuit, atau masakan gurih. Garam di dalamnya membantu menonjolkan rasa alami makanan, membuat salted butter populer untuk penggunaan sehari-hari.
Sejak zaman dahulu, manusia telah menggunakan garam sebagai bahan pengawet alami. Dalam konteks mentega, penambahan garam pertama kali dilakukan bukan untuk rasa, tetapi untuk mencegah kerusakan akibat bakteri dan memperpanjang daya tahan mentega, terutama sebelum ditemukannya teknologi pendingin.
Di Eropa abad pertengahan, butter asin menjadi standar di banyak daerah karena kebutuhan penyimpanan jangka panjang. Hingga kini, salted butter masih menjadi pilihan utama di banyak negara untuk konsumsi rumah tangga, terutama di Eropa Barat.
Baca juga: 7 Jenis Margarin dan Kelebihannya dalam Membuat Kue Lebih Lezat
Secara garis besar, proses pembuatan salted butter sama dengan unsalted butter, hanya berbeda pada tahap akhir ketika garam ditambahkan.
Secara nutrisi, salted butter dan unsalted butter hampir sama, kecuali pada kandungan natrium (sodium).
Dalam 100 gram salted butter rata-rata mengandung:
Kandungan sodium inilah yang membedakan salted butter dengan unsalted butter, sekaligus memengaruhi rasa dan fungsinya.
Salted butter lebih tepat digunakan dalam situasi berikut:
Unsalted butter lebih direkomendasikan pada:
Baca juga: Mentega Tawar vs Margarin: Perbedaan, Kelebihan, dan Kapan Harus Digunakan
Beberapa negara memiliki kebiasaan berbeda dalam penggunaan butter:
Salted butter adalah mentega yang ditambahkan garam, memberikan rasa asin gurih sekaligus memperpanjang umur simpan. Dibandingkan dengan unsalted butter, salted butter lebih cocok untuk penggunaan sehari-hari seperti olesan roti atau memasak hidangan gurih, sementara unsalted butter lebih ideal untuk baking yang membutuhkan presisi rasa.
Dengan memahami perbedaan keduanya, kita dapat lebih bijak dalam memilih jenis butter sesuai kebutuhan. Jika Anda seorang pecinta masak cepat dan praktis, salted butter bisa menjadi pilihan terbaik. Namun, jika Anda seorang baker atau sering membuat pastry, unsalted butter adalah bahan wajib agar rasa kue tetap seimbang.
Pada akhirnya, baik salted maupun unsalted butter memiliki tempatnya masing-masing dalam dunia kuliner. Kuncinya adalah mengetahui kapan dan bagaimana menggunakannya dengan tepat.
Muhammad Ermanja
Muhammad Ermanja is an esteemed expert in the field of food ingredients and a highly skilled content writer at Global Solusi Ingrredia. With his extensive knowledge and experience, he brings a wealth of expertise to the table, making him an invaluable asset to the company.